Anak tak diterima di sekolah favorit, apa yang harus orang tua lakukan?
Anak tak diterima di sekolah favorit, apa yang harus orang tua lakukan?
Oleh: M. Hamdan
Orang tua tak sedikit yang membandingkan anaknya dengan anak tetangga,
"Coba lihat tuh anaknya pak Anu."
Oleh: M. Hamdan
Dunia pendidikan tahun ajaran 2018-2019 telah usai. Kemendikbud mencatat ada 8,3 juta orang yang mengikuti Ujian Nasional pada tahun ini.
Sekolah dari mulai tingkat dasar sampai menengah ke atas sudah mengumumkan hasil ujian dan kelulusan siswa-siswinya.
Siswa-siswi yang dinyatakan lulus ini harus segera menentukan pilihan kemana ia hendak melanjutkan studinya. Bahkan banyak sekolah yang sudah membuka pendaftaran sebelum kelulusan.
Tahun ini, terjadi permasalahan baru dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yaitu dengan diberlakukannya sistem zonasi. Diluar dari perdebatan itu, Kemendikbud menyebutkan bahwa salah satu alasan diterapkannya sistem zonasi adalah ingin menghapus imej "sekolah favorit".
Sekolah yang mempunyai label favorit akan ramai didatangi peserta didik baru, sebaliknya sekolah yang tidak favorit akan cenderung lebih sepi.
Pelabelan 'sekolah favorit' diberikan oleh masyarakat dengan berbagai alasan, mulai dari sarana prasarana sekolah sampai kualitas tenaga pengajar.
Orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya, mereka rela mengantri repot berdesakan memperjuangkan nasib pendidikan anaknya.
Label 'sekolah favorit' memudahkan para orang tua untuk menentukan sekolah mana yang terbaik untuk anaknya.
Namun, ada dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pelabelan sekolah favorit ini, diantaranya
1. Praktik jual beli kursi
2. Kesenjangan sosial
3. Pelabelan anak bodoh dan pintar hanya berdasar nilai UN
4. Mindset yang salah bahwa kesuksesan ditentukan oleh dimana ia sekolah
5. Tekanan psikologi bagi anak yang tak diterima di sekolah favorit, dll.
1. Praktik jual beli kursi
2. Kesenjangan sosial
3. Pelabelan anak bodoh dan pintar hanya berdasar nilai UN
4. Mindset yang salah bahwa kesuksesan ditentukan oleh dimana ia sekolah
5. Tekanan psikologi bagi anak yang tak diterima di sekolah favorit, dll.
Perjuangan orang tua memastikan kualitas pendidikan anaknya sangat melelahkan, orang tua sangat bangga jika anaknya ternyata diterima oleh sekolah favorit, dan sangat menyedihkan jika anaknya tak diterima. Kesedihan itu juga dirasakan oleh anaknya.
Selama ini banyak orang tua menuntut buah hatinya bersekolah di sekolah favorit. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan anak tertekan dan memicu depresi.
Disampaikan DR. Dr Margarita Maria Maramis, SpKJ (K) dari RSUD Dr Soetomo, Surabaya, trauma akibat tekanan memilih sekolah favorit memang bisa menyebabkan depresi namun efeknya berbeda setiap individu.
"Ketika anak merasakan trauma dari kecil akibat terlalu banyak dituntut menurut ekspektasi orangtua maka bisa saja anak akan mengalami depresi berat ketika beranjak dewasa. Kasus depresi di remaja itu bisa sampai 4-5 persen.
Biasanya lebih karena putus cinta, dibully atau urusan sekolah," ujar dr Margarita dalam konferensi pers 'Simposium Regional Lundbeck' di Jakarta, Sabtu (22/6/2019).
Sumber gambar: grid.id |
Jika anak tak masuk ke sekolah favorit, maka apa yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya. Coba lakukan cara ini:
1. Jangan bandingkan dengan anak tetangga
Anak adalah kebanggan orang tuanya, kesuksesan anakkerap dijadikan gengsi bagi orang tuanya. Kita sering kali mendapatkan para orang tua membandingkan kesuksesan anak-anaknya.
Anak adalah kebanggan orang tuanya, kesuksesan anakkerap dijadikan gengsi bagi orang tuanya. Kita sering kali mendapatkan para orang tua membandingkan kesuksesan anak-anaknya.
Anak yang diterima di sekolah favorit akan dilabeli pintar, sebaliknya ia akan dilabeli bodoh jika gagal masuk di sekolah favorit.
Orang tua tak sedikit yang membandingkan anaknya dengan anak tetangga,
"Coba lihat tuh anaknya pak Anu."
Anak yang dibanding-bandingkan akan cenderung minder dan kurang percaya diri. Ia akan terbebani karena merasa memalukan keluarganya.
Anak juga menjadi benci terhadap orang tuanya, karena ia harus dibandingkan dengan orang lain. Orang tua harus mengerti bahwa semua anak punya keinginan dan minat bakat yang beda.
2. Menjadi pembela
Sangat menyakitkan ketika seseorang dikatakan bodoh, terlebih jika yang mengatakannya adalah orang tua sendiri.
Sangat menyakitkan ketika seseorang dikatakan bodoh, terlebih jika yang mengatakannya adalah orang tua sendiri.
Ketika yang lain mengatakan bodoh, maka sebagai orang tua harus membela anaknya dengan mengatakan, "Nak, setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka belajarlah lebih giat lagi. Raihlah apa yang kau impikan"
3. Terus beri semangat dan motivasi
Ketika orang tua sedih dan kecewa mengetahui bahwa anaknya tidak diterima di sekolah favorit, ketahuilah bahwasannya si anak juga mengalami kesedihan dan kekecewaan yang lebih.
Orang tua harus tetap memberi semangat kepada anaknya, katakan kepada anak bahwa, "kesuksesan itu kita gapai sendiri, bukan sekolah yang menentukan."
Ketika orang tua sedih dan kecewa mengetahui bahwa anaknya tidak diterima di sekolah favorit, ketahuilah bahwasannya si anak juga mengalami kesedihan dan kekecewaan yang lebih.
Orang tua harus tetap memberi semangat kepada anaknya, katakan kepada anak bahwa, "kesuksesan itu kita gapai sendiri, bukan sekolah yang menentukan."
Seorang anak yang tetap dipercaya oleh orang tuanya akan mempunyai jiwa yang positif. Ia akan semakin termotivasi untuk membanggakan orang tuanya.
Komentar
Posting Komentar