Menciptakan Kerukunan Beragama dengan Alunan Nada Arumba


Menciptakan Kerukunan Beragama dengan Alunan Nada Arumba
Oleh: M. Hamdan

Pak Yoyo sedang mempersiapkan kolintang

"Alat musik tak punya agama, tapi ia punya kekuatan mempersatukan agama-agama."
Kata Pak Suharyo bangga.

Sebagai seorang muslim yang hidup di lingkungan islam, saya tidak pernah berhubungan dengan agama lain.

Baru setelah masuk kuliah saya mulai bertemu dengan teman-teman yang beda agama. Pada akhirnya saya tertarik dan sering ikut dalam acara isu keberagaman beragama. Salah satunya adalah pengalaman yang saya tuliskan ini.

Saya mendapatkan kesempatan sangat berharga dalam hidup. Hari Minggu (30/6), bersama teman-teman peserta Workshop Sejuk Malang, saya berkunjung ke Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), Sukun, Malang.

Saya beserta 9 teman lainnya ikut dalam pelaksanaan ibadah pagi di GKJW. Sebelumnya saya juga pernah beberapa kali melihat langsung proses ibadah di Gereja. Tapi ada yang unik di GKJW, terdapat alunan musik arumba mengiringi jalannya ibadah.

Alunan musik tradisional seperti itu baru pertama kali saya lihat digunakan dalam proses ibadah agama kristen.

Alunan nada yang dihasilkan arumba membuat nyanyian keagamaan menjadi lebih sejuk. Jemaat terlihat sangat menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan. Setelah acara selesai, para pemain musik arumba mengadakan latihan.

Saat latihan itulah saya melihat seorang kakek masih semangat memainkan salah satu jenis arumba yaitu angklung, ia adalah Pak Suharyo. 

Kakek yang akrab dipanggil Pak Yoyo itu merupakan pelatih dari grup musik arumba tersebut.

Jemari kakek tua itu masih piawai memainkan alunan nada dengan arumba (alunan rumpun bambu) yang dimainkan. Sebagai pelatih arumba di GKJW, usia tidak membatasi dirinya untuk terus memainkan arumba.

Sudah sejak tahun 80-an Pak Yoyo menekuni arumba. Telinganya sangat peka dengan nada, ia langsung hafal betul lagu yang dimainkan meski baru beberapa nada yang ia dengar.

Pemain musik yang semuanya adalah ibu-ibu terlihat bahagia memainkan lagu demi lagu. Pak Yoyo mendampingi mereka dengan teliti. Tidak ada seleksi dalam pemilihan pemain musik tersebut, semuanya sukarela.

Pak Yoyo dan para pemain arumba


"Tapi kebanyakan justru ibu-ibu yang lebih senang bermain arumba. Anak muda lebih tertarik dengan alat musik modern, meski begitu masih ada satu dua anak muda yang tertarik bermain arumba." Kata Pak Yoyo. Kemudian ia memberitahu saya tentang nama-nama alat musik arumba.

Dalam arumba sendiri terdapat banyak macam alat musik yang semuanya terbuat dari bambu,  terdiri dari angklung, ukulele, alto, gambang melodi, gambang pengiring, dan bass lodong. Selain arumba, ada juga kolintang yang terbuat dari kayu.

Nada arumba dan kolintang sama persis dengan piano, menggunakan tangga nada doremi. Menurut Pak Yoyo, anak-anak yang suka bermain piano lebih mudah untuk belajar main arumba.

Arumba sudah lama dimainkan di GKJW, bahkan sebelum Pak Yoyo menjadi pelatih. Namun tidak setiap minggu alat itu dimainkan, karena Pak Yoyo khawatir jemaat merasa bosan.

Pak Yoyo juga menjelaskan bahwa arumba ini tidak hanya dimainkan di Gereja, "Kami juga sering main di acara yang melibatkan masyarakat umum, seperti peringatan HUT RI. Lagu yang dimainkan tentu saja lagu Nasional."

Kakek yang sudah mendapatkan berbagai macam penghargaan atas kepandaiannya bermain arumba itu juga menjelaskan satu hal yang menarik.

"Aku juga melatih anak-anak yang ingin bermain arumba. Ketika berlatih dengan teman-teman muslim, kita memainkan musik ini sebagai pengantar shalawat." Kata Pak Yoyo.

"Bahkan kita pernah pentas tuh di acara halal bi halal setelah puasa. Teman-teman kita yang kristen main arumba mengiringi teman-teman muslim bersholawat." Ia menambahkan.

Bagi Pak Yoyo sendiri, musik bisa menciptakan kerukunan beragama. Kemudian Pak Yoyo memperlihatkan kepadaku memainkan arumba dengan lagu sholawat badar.

Pak Yoyo juga berharap arumba dapat dilestarikan oleh kaum muda. Maka untuk menarik minat kaum muda, Pak Yoyo juga memainkan arumba untuk lagu populer yang disukai mereka. Mengikuti perkembangan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Semangat terus Pak Yoyo, semoga arumba tetap lestari sebagai alat pemersatu agama-agama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Cara Jatuh Cinta Pada Buku

Ketika Sepi

Introspeksi