Ganti Rumah


Sudah semenjak dari Januari aku menulis dalam buku catatan. Harapannya satu, hanya aku saja yang baca. Untuk aku bersyukur telah melewati banyak hal, untuk aku belaja ke depannya hingga tidak ada kata sesal. Sialnya tulisanku hilang baru-baru ini. Bodoh, aku tidak memikirkan itu sebelumnya. 

Aku kembali ke blog ini, rumah tempat aku berkeluh kesah. Sekalian aku ganti nama saja blog ini. Supaya tidak ada yang menemukan keluh kesahku ini.

Tulisan lamaku di blog ini segaja tidak aku hapus, aku sudah tahu patah hatinya kehilangan tulisan. Aku tidak mau mengulanginya.

Nama blog ini pun tidak ada maksud apa-apa. Hanya nama ini yang terlintas di pikiranku. Bahwa semua orang ada di jalan.

******

Sudah itu saja pembukannya.

*****

Lalu malam ini aku ingin lanjut bercerita tentang kepercayaan. Sungguh aku berharap suatu saat tulisan ini mengingatkanku bagaimana harus hati-hatinya menjaga kepercayaan sehingga tidak seperti aku saat membuat tulisan ini.

Hari ini aku hanyalah seseorang yang krisis kepercayaan, tidak dipercaya karena terlalu banyak berdiam diri. Aku mengabaikan omongan orang tentang kelakuan buruk ku. Kenapa aku abai, larena aki tak pernah melakukannya, sungguh.

Ternyata kebohongan yang dikatakan berulang-ulang akan menjadi kebenaran pada akhirnya. Sekarang orang-orang mengenal aku dari omongan orang lain. Terlambat bagi aku untuk membela diri. 

Aku hanya harus membuktikannya sekarang dengan kebaikan yang berulang-ulang. Aku tidak ingin menjadi orang lain dalam pemikiran orang lain. 

*****

Kesibukanku saat ini adalah tetap berdagang, mencari uang nggak tau untuk apa. Aku hanya ingin punya banyak uang. Aku yakin suatu saat banyak keinginan, atau keinginan lama muncul kembali. Setidaknya saat itu aku sudah siap.

Selain itu aku mengajar di madrasah, karena hanya madrasah yang melihat aku tidak dari omongan orang lain, terima kasih pak kepala madrasah. Sekolah yang lain hanya basa-basi, "sudah selesai kuliahnya? Kalau sudah nanti ngajar ya." Setelah aku selesai, ajakan mereka kalah dengan ketakutan omongan orang lain, "koq orang seperti saya menjadi guru."

Aku akan 1000% untuk madrasah ini, meski lelah aku akan terus berusaha menjadi guru yang baik untuk murid-muridku. Meski sebatas guru yang hanya bisa mengajar tanpa punya suara untuk mengusulkan ini dan itu. Aku yang sekarang bukan seperti aku yang dulu punya banyak kesempatan untuk berbuat. Aku yang dulu mencetuskan untuk mengadakan ziyaroh di akhir semester, sekarang hanya bisa ikut ziyaroh. Aku yang dulu mengusulkan bahtsul masail, sekarang hanya mendengar konsultasi anak muridku di kelas tentang soal bahtsul masail.

Aku juga diberikan tugas untuk menyimak hafalan doa doa dan juz amma santri baru setelah sholat maghrib berjamaah. Itu pun karena ada yang bilang, "dia di pondok koq nggak ngapa2in, enak banget ya." Padahal aku punya prinsip untuk tidak pernah menawarkan diri menjadi guru atau ustadz, aku hanya menunggu kepercayaan. Karena aku hanya santri.

Selain itu, ada santri yang percaya kepadaku untuk memegang media pondok, sialnya ada yang masih tak setuju hingga aku kalah meski telah membuktikan dengan beberapa karya. Hari ini aku hanya punya akun yutub pesantren untuk membuktikan kesungguhanku.

Banyak orang yang memberikan saran untuk kebaikan yutub, meski aku mendengar saran yang bernada ejekan itu, aku tetap siap nggih. Ketika aku ngajak dia untuk kerja sama dia bilang sibuk. Begitulah manusia, omong besar.

Sekarang aku hanya ditemani oleh 2 teman yang sama-sama percaya nya. Aku tidak butuh banyak teman, aku butuh teman yang percaya.

*****

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memilih

5 Cara Jatuh Cinta Pada Buku

Ketika Sepi