Memilih

Oleh: Hamdancha

Malam ini aku menulis tentang sebuah pilihan. Semua manusia akan berhadapan dengan masa ketika ia harus menetapkan pilihan. Belakangan ini aku sering melihat kutipan di media sosial, kata bijak ini diucapkan oleh karakter dalam manga favoritku, onepiece. Tokoh utamanya seorang kapten bajak laut bernama Luffy pernah berkata, “Hidup adalah sebuah pilihan, saat tak memilih itu adalah pilihanmu.”

Quote luffy di atas banyak dishare oleh orang-orang yang menurutku sudah bingung dihadapkan dengan pilihan, atau memang sebenarnya mereka itu pengecut. Mereka hanya memilih quote yang menghibur diri sendiri. Sebagai penonton onepiece aku justru lebih banyak menemukan quote tentang perjuangan hidup, meraih mimpi dan ambisi. Bahkan Luffy pernah berkata, “jika menyerah sekarang, saya akan menyesalinya.”

Setiap pilihan pasti punya resiko, kembali lagi dengan Luffy, ia yakin bahwa ketika kita tidak berani mengambil resiko maka kita tidak bisa menciptakan masa depan. Selain Luffy, karakter favoritku dalam onepiece yaitu Roronoa Zoro pernah berkata, “Jika kau tidak mencoba maka kau tidak tahu hasilnya, Lagipula kita akan mati nanti, kenapa tidak kita coba dengan serius dan bersungguh-sungguh.” Maka aku rasa jika hidup tentang pilihan ya kita meski memilih.

Aku rasa tidak semua pilihan itu menyeramkan, memilih bisa sangat menjadi menyenangkan seperti dimana saat aku ditawari hadiah oleh ibu. “Nak, mau dibelikan apa?” Saat itu aku ingin menikmati moment kesenangan yang jarang kudapatkan, aku berandai-andai apa yang membuatku paling menyenangkan jika aku memilikinya. Aku pilih yang benar-benar paling membuatku bahagia, oke ketemu, “bu, aku mau ini.”

Besoknya ibu membawakan apa yang aku inginkan, bahagia sekali mendapatkan sesuatu yang benar-benar kita inginkan, tetapi aku merasa akan lebih bahagia lagi jika keinginan aku yang lainnya juga bisa aku miliki. Bagitulah aku, kurang pandai bersyukur. Tapi aku tidak begitu menyesal karena setidaknya aku menentukan pilihan sehingga aku mendapay sesuatu, bayangkan jika saat itu aku diam tak memilih.

Itu dulu, hari ini aku tidak begitu menginginkan tawaran dari ibu. Ada hal yang jauh lebih aku inginkan. Aku ingin ibu memberikan jawaban apa yang harus aku pilih, “bu, kemana aku harus melangkah?” Aku sedang bingung harus mempertimbangkan langkah, karena setiap jalan yang aku ambil memiliki garis akhir yang berbeda. Aku juga harus menyadari bahwa setiap jalan memiliki kondisi berbeda, kadang mulus dan mungkin saja ia penuh rintangan.

Bingung dengan pilihan membuatku lelah, tapi aku ingat janji dengan diriku sendiri. “Aku boleh lelah tapi tak boleh menyerah.” Aku biarkan laptopku terbuka di samping tempat tidur, aku melihat air dalam botol minuman sudah habis. Aku ingin terus menulis, tapi menulis dengan tenggorokan kering tentu kurang bagus. Aku khawatir kata yang aku tulis tak tersusun manis. Tetapi aku khawatir jika aku pergi membeli minuman, tulisan ini tidak menarik lagi untuk aku lanjutkan.

Dari kostan yang aku tinggali aku pergi ke luar, mencari minuman yang bisa membuatku segar, bisa saja itu minuman yang hangat atau dingin, atau dengan beberapa cemilan. Perjalanan yang aku lalu melewati pasar yang tak pernah tidur, bahkan di tengah malam ada pedagang yang baru mempersiapkan lapaknya untuk dijajakan esok pagi. Aku rasa mereka memilih memulainya di tengah malam juga melalui kebingungan, atau bahkan mereka sebenarnya tidak punya pilihan.

Aku masuk ke minimarket, segera aku hampiri lemari pendingin yang berisikan air minum, semua tampak menyegarkan hingga aku harus memilih yang paling menyegarkan. Pada botol minuman dengan desain botol yang menarik tertulis beberapa kalimat menggoda, diantaranya ada yang menawarkan bahwa ketika meminumnya maka mood akan naik. Tetapi aku hanya harus memilih satu.

Uang yang aku miliki tidak bisa mengambil semua jenis minuman, aku dihadapkan lagi dengan sebuah pilihan. Akhirnya aku memilih minuman yang aku sukai. Walaupun banyak yang terlihat menarik, pada akhirnya pilihan jatuh kepada yang aku sukai. Berpindah ke rak cemilan, aku tidak ingin pusing memilih lagi. Aku ambil cemilan yang memang aku sukai.

Keluar dari minimarket aku duduk di teras depan pada bangku yang disediakan untuk orang-orang berteduh melepas lelah. Kemudian aku semakin yakin bahwa aku harus berani memilih jalan untuk melangkah dan memperjuangkannya. Aku yakin juga bukan tidak mungkin akan menemukan jalan-jalan lain. Kalau aku hanya diam, aku tak akan menemukan apa-apa dan hanya akan menyesal.

Menyesal tidak melakukan apa-apa lebih buruk daripada menyesal mengerjakan sesuatu. Setidaknya ada pelajaran kehidupan aku dapatkan dari kegagalan sebuah pilihan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Cara Jatuh Cinta Pada Buku

Ketika Sepi