Menunggu Cinta di Usia 30+

Malam ini gerimis masih turun, orang-orang sudah tertidur, sunyi. Pikiranku ingin menuliskan sesuatu, lalu aku duduk di halaman membuka note di ponsel dan mulai menulis.

Basi gak sih jika aku membahas cinta di usia 31?


Aku pernah benar-benar mencintai hanya kepada dua perempuan. Pertama cintaku tak terbalas, kedua aku membalas cinta. Setelah itu tidak lagi aku merasakan jatuh cinta.

Aku sempat berpikir mungkin karena aku masih berharap dengan cinta pertamaku. Tetapi perlahan aku bisa mengikhlaskan, aku anggap itu sebuah kenangan indah, selebihnya aku pasrah apakah ditakdirkan kembali atau tidak.

Untuk cinta yang aku balas aku sudah benar-benar mengikhlaskan karena dia sudah dipinang lelaki lain. Aku juga mendoakan yang terbaik untuknya, pun sebaliknya dia mendoakanku untuk segera bertemu jodoh.

Perihal bertemu jodoh, aku sudah berusaha mencari, mendekati perempuan yang aku rasa aku bisa jatuh cinta kepadanya, nyatanya Tidak. Ketika aku belum mencintainya, eh mereka sudah mencintai yang lain. Aku tidak merasa dikhianati, karena aku pun belum memintanya untuk mencintaiku.

Aku teringat seorang teman pernah memberiku nasihat, coba jalani dulu katakan pada dia bahwa aku jatuh cinta.

“Tapi aku belum sampai jatuh cinta, aku hanya sebatas kagum dan nyaman bersamanya.” Jawabku

“Nanti cinta akan tumbuh.” Balas temanku.

Mendengar saran itu, aku pikirkan lebih dalam, bisakah seperti itu? Lebih dari satu minggu aku memikirkannya.

Oke apa salahnya mencoba, toh aku hanya dekat dengan satu perempuan saja yaitu dia.

Bak gayung bersambut, orang yang ingin aku cintai mengirimkan pesan. Rupanya pembahasan tentang cinta, aku pikir apakah ini waktu yang diberikan tuhan.

“Aku susah untuk jatuh cinta.” Tulis dia

“Mungkin masih mengharapkan mantan,” balasku

“Tidak, aku sudah merelakannya,” jawabnya

“Lalu kenapa? Apakah sedang mencari laki-laki yang seperti dia lagi?” Tanyaku

“Tidak juga, aku tidak memaksa, aku pasrah saja sama Tuhan.” Balasnya

Membaca balasan itu aku berpikir kembali dalam hati bergumam apakah ini waktunya, tanpa basa-basi aku sampaikan, “Ayo sembuh bersama denganku, aku mencintaimu, cintailah aku.” tulisku.

Lama dia tidak menjawab……

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen Satu Malam Sejuta Makna di Pesisir

Ketika Sepi